Pemadam Kebakaran ingin ubah "teriak lari" jadi "teriak aksi"

Jakarta

Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta ingin meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam penanganan bencana kebakaran dan mengubah pola pikir "teriak lari" menjadi "teriak aksi". "Kita akan ubah pola pikir masyarakat dari 'teriak lari' menjadi 'teriak aksi' sehingga mereka pun mampu melakukan tindakan penanganan secara dini," kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Subejo, Kamis.

Dinas Pemadam Kebakaran, ia menjelaskan, melakukan penyuluhan dan pelatihan penanggulangan kebakaran ringan bagi warga pemukiman padat penduduk maupun kompleks perumahan untuk meningkatkan kesiapsiagaan mereka mengantisipasi kemungkinan terjadi kebakaran. "Kita latih mereka untuk memadamkan api dengan tindakan dini, seperti menyiram dengan air atau menyiapkan kain basah, termasuk menggunakan alat pemadam api ringan. Jika mampu melakukannya, otomatis bisa memperkecil kerugian," katanya.

Ia mengimbau warga yang lingkungannya memiliki alat pemadam api ringan (Apar) merawat perlengkapan itu dengan baik supaya bisa tetap digunakan saat terjadi kebakaran. "Memang belum seluruhnya dipasang, namun akan lebih baik jika warga merawat dan melaporkan jika terjadi kerusakan pada Apar," kata Subejo.

Subejo menambahkan, selanjutnya alat pemadam api ringan akan disediakan di daerah-daerah rawan kebakaran dan pelatihan untuk menggunakan dan merawat alat-alat itu akan diberikan kepada warga setempat. Dia juga menyarankan warga melakukan upaya mandiri untuk mencegah kebakaran, antara lain dengan memeriksa kabel atau instalasi listrikdi rumah atau lingkungan sekitar secara berkala.

Menurut data Dinas Kebakaran DKI Jakarta sepanjang Januari sampai Oktober 2014 terjadi 875 kejadian kebakaran di wilayah DKI Jakarta. Dari total kejadian kebakaran itu, 596 di antaranya terjadi akibat hubungan arus pendek listrik dan sisanya karena berbagai hal termasuk kompor meleduk dan puntung rokok yang tidak dimatikan.

(ANTARA News)